I.
Tujuan
Dapat memahami
metode identifikasi protein secara kualitatif.
Dapat
memepelajari beberapa reaksi uji terhadap asam amino dan protein.
II.
Teori
Dasar
Protein berasal dari bahasa Yunani protos, yang berarti “yang paling
utama”. Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang
merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung komposisi rata-rata
unsur kimia yaitu karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 26%, dan
kadang kala sulfur 0-3% serta fosfor 0-3%. Protein merupakan komponen utama sel
hewan dan manusia. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik
karena adanya enzim, suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator.
Disamping itu hemoglobin dalam butir-butir darah atau eritrosit yang berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah
satu jenis protein. Terdapat ikatan
kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan
elektrostatik, dan ikatan Van Der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi,
suhu, medium pelarut organik, dan detergen.
Penggolongan protein dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu:
A. Berdasarkan struktur molekulnya. Struktur protein terdiri
dari empat macam:
1.
Struktur primer (struktur utama)
Struktur ini terdiri
dari asam-asam amino yang dihubungkan satu sama lainsecara kovalen melalui ikatan peptida.
2.
Struktur sekunder
Protein sudah mengalami interaksi
intermolekul, melalui rantai samping asam amino. Ikatan yang membentuk struktur ini, didominasi
oleh ikatan hidrogen antar rantai samping yang membentuk pola tertentu bergantung pada orientasi ikatan hidrogennya.
3.
Struktur tersier
Terbentuknya karena adanya pelipatan
membentuk struktur yang kompleks. Pelipatan
distabilkan oleh ikatan hidrogen, ikatan disulfida, interaksi ionik,ikatan
hidrofobik, ikatan hidrofilik.
4.
Struktur Kuartener
Terbentuk dari beberapa bentuk tersier,
dengan kata lain multi sub unit. Interaksi intermolekul antar sub unit protein
ini membentuk struktur keempat/kuartener.
B. Berdasarkan Bentuk dan Sifat
Fisik
1. Protein Globular
Terdiri dari polipeptida yang bergabung
satu sama lain (berlipat rapat) membentuk bulat padat. Misalnya enzim, albumin,
globulin, protamin, protein ini larut dalam air, asam, basa dan etanol.
2. Protein serabut (fibrous protein)
Terdiri dari peptida berantai panjang dan
berupa serat-serat yang tersusun memanjang dan memberikan peran struktural atau
pelindung. Protein ini tidak larut dalam air, asam, basa maupun etanol.
C. Berdasarkan Fungsi Biologi
Pembagian protein didasarkan pada
fungsinya di dalam tubuh, antara lain:
1.
Enzim (ribonukease,
tripsin)
2.
Protein transport
(hemoglobin, mioglobin, serum, albumin)
3.
Protein nutrien dan
penyimpan (gliadin/gandum, ovalbumin/telur, kasein/ susu, feritin/ jaringan
hewan)
4.
Protein kontraktil
(aktin dan tubulin)
5.
Protein struktural
(kolagen, keratin, fibrion)
6.
Protein pertahanan
(antibodi, fibrinogen dan trombin, bisa ular)
7.
Protein pengatur (hormon
insulin dan hormon paratiroid)
D.
Berdasarkan Daya
Larutnya
1.
Albumin
Larut air, mengendap dengan garam konsentrasi tinggi.
2.
Globulin Glutelin
Tidak larut dalam larutan netral, larut asam dan basa encer.
3.
Gliadin (prolamin)
Larut etanol 70-80%, tidak larut air dan etanol 100
4.
Histon
Bersifat basa, cenderung berikatan dengan asam nukleat di dalam sel.
Globin bereaksi dengan heme (senyawa asam menjadi hemoglobin). Tidak larut
air, garam encer dan pekat (jenuh 30-50%)
5.
Protamin
Larut dalam air dan berdifat basa, dapat berikatan dengan asam nukleat
menjadi nukleoprotamin (sperma ikan).
Sifat-sifat penting protein :
1.
Ionisasi : apabila larut
dalam air akan membentuk ion positif dan negatif
2.
Denaturasi : perubahan
konformasi serta posisi protein sehingga aktivitasnya berkurang atau kemampuan
menunjang aktivitas organ tertentu dalam tubuh hilang.
3.
Viskositas : tahanan
yang timbul adanya gesekan antara molekul didalam zat cair yang mengalir.
4.
Kritalisasi : proses
yang sering dilakukan dengan jalam penambahan garam amonium sulfat atau NaCl
pada larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya.
5.
Sistem Koloid : sisten
yang heterogen terdiri atas dua fase yaitu partikel kecil yang terdispersi dari
medium atau pelarutnya (Poedjiadi, 1994)
Fungsi Protein:
1.
Sebagai katalis reaksi
enzimatis
2.
Sebagai sarana
transportasi, sejumlah protein spesifik berperan sebagai proses transport ion
dan molekul-molekul kecil.
3.
Sebagai koordinasi dalam
pergerakan, yaitu sebagai pembantu sel dalam berkontraksi
4.
Sebagai pendukung
mekanik/kerangka
5.
Sebagai pertahanan
kekuatan kulit dan tulang
6.
Sebagai sistem kekebalan
atau perlidungan yaitu pertahanan sel dalam serangan benda asing.
7.
Penghasil dan penerus
rangsangan sistem saraf.
Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat
menggunakan prinsip :
-
Uji
Biuret : pembentukan senyawa kompleks
koordinat yang berwarna yang dibentuk oleh Cu²‡ dengan gugus –CO dan –NH pada
ikatan peptida dalam larutan suasana basa.
-
Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan logam berat.
-
Pengendapan dengan garam
: pembentukan senyawa tak larut antara protein dan ammonium sulfat.
-
Pengendapan dengan alkohol : pembentukan senyawa tak larut antara protein dan alkohol.
-
Uji koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari pengaruh
pemanasan.
-
Denaturasi
protein : perubahan pada
suatu protein akibat dari kondisi lingkungan yang sangat ekstrim.
III.
Alat
dan Bahan
1. Alat
-
Tabung reaksi
-
Pipet tetes
-
Rak tabung reaksi
-
Gelas ukur
-
Gelas kimia
-
Kertas saring
-
Corong
-
Batang pengaduk
2.
Bahan
-
Larutan protein (
Gelatin )
-
NaOH 2.5 N
-
CuSO4 0.01 M
-
HgCl2 0.2 M
-
Pb Asetat 0.2 M
-
Amonium Sulfat
-
Reagen Millon
-
Larutan albumin
-
Buffer Asetat PH 4.7 (
1 M )
-
HCl 0.1 M
-
Etil Alkohol 95 %
-
Asam Asetat 1 M
III.
Prosedur
Kerja
A. Uji
Biuret
-
3 ml larutan protein (
gelatin ) dimasukkan kedalam tabung reaksi.
-
Ditambahkan 1 ml NaOH
2.5 N kemudian diaduk.
-
Ditambahkan 1 tetes
CuSO4 0.01 M kemudian diaduk.
-
Jika tidak timbul
warna, ditambahkan lagi 1 sampai 2 tetes CuSO4.
B. Pengendapan
dengan logam
-
3 ml larutan protein (
albumin atau gelatin ) dimasukkan kedalam tabung reaksi.
-
Ditambahkan 5 tetes
HgCl2 0.2 M.
-
Ulangi percobaan dengan
menggunakan Pb Asetat 0.2 M.
C. Pengendapan
dengan garam
-
Larutan protein (
albumin ) dijenuhkan dengan amonium sulfat. Dengan cara menambahkan sedikit
garam kedalam larutan protein kemudian diaduk sampai larut dan ditambahkan
sedikit amonium sulfat kemudian diaduk sampai garam tertinggal tidak larut.
-
Setelah larutan jenuh
kemudian disaring.
-
Uji kelarutan endapan
didalam air.
-
Uji endapan dengan
reagen Millon dan filtrat dengan uji biuret.
D. Pengendapan
dengan alkohol
-
Tabung 1 : 5 ml larutan
Albumin ditambahkan 1 ml Buffer asetat PH 4.7 ( 1 M ) ditambahkan 6 ml Etil
alkohol 95 %.
-
Tabung 2 : 5 ml larutan
Albumin ditambahkan HCl 0.1 M ditambahkan 6 ml Etil alkohol 95%.
-
Tabung 3 : 5 ml larutan
Albumin ditambahkan NaOH 0.1 M ditambahkan 6 ml Etil alkohol 95 %.
E. Uji
Koagulasi
-
5 ml larutan protein
dimasukkan kedalam tabung reaksi.
-
Ditambahkan 2 tetes
Asam asetat 1 M.
-
Letakkan tabung didalam
air mendidih selama 5 menit.
-
Ambil endapan
menggunakan batang pengaduk.
-
Uji kelarutan endapan
didalam air.
-
Uji endapan dengan
reagen Millon.
F. Denaturasi
Protein
-
Tabung 1 : 9 ml larutan
Albumin ditambahkan 1 ml HCl 0.1 M.
-
Tabung 2 : 9 ml larutan
Albumin ditambahkan 1 ml NaOH 0.1 M.
-
Tabung 3 : 9 ml larutan
Albumin ditambahkan Buffer asetat PH 4.7 ( 1 M ).
IV. Data Pengamatan dan
Perhitungan
V. 1.
Data pengamatan
a. Uji
Biuret
Larutan protein
(gelatin) 3 ml dicampurkan dengan 1ml NaOH 3,5 N menghasilkan larutan berwarna
kuning bening. Setelah itu, ditambahkan CuSO4 larutan berwarna
keunguan, sebanyak 7 tetes.
b. Pengendapan
dengan logam
Larutan protein
(albumin) + HgCl2 menghasilkan endapan berwarna putih susu, endapan
berada dibawah.
Larutan protein
(albumin) + Pb asetat menghasilkan endapan berwarnaputih susu, endapan dibawah.
v
Larutan protein (gelatin) + HgCl2 tidak terjadi endapan, warna tetap seperti
semula.
v
Larutan protein (gelatin) + Pb asetat tidak terjadi endapan, dan warna juga
tetap.
Tidak
terjadi endapan dan perubahan warna dikarenakan gelatin yang digunakan
mengandung sangat sedikit protein.
c. Pengendapan
dengan garam
v Larutan
protein (albumin) ditambahkan dengan larutan amonium sulfat, larutan berwarna
kuning bening, setelah disaring dan diendapkan didalam air, larutan tetap
berwarna kuning bening. Kemudian larutan disaring dan ditambahkan 5 tetes reagen
millon dan menghasilkan endapan putih.
v Ammonium
sulfat serbuk ditambahkan dengan larutan albumin menghasilkan warna kuning
bening dan endapan putih bagian bawah.
d. Pengendapan
dengan alkohol
v Tabung
1 : albumin + buffer asetat + etanol menghasilkan larutan yang tidak larut, ada
endapan yang banyak berwarna putih di bagian tengah, larutan berwarna bening di
atas, dan larutan agak keruh di bawah.
v Tabung
2 : albumin + HCl + etanol menghasilkan larutan yang tidak larut ada endapan
sedikit berwarna putih, larutan berwarna bening di atas, dan larutan agak keruh
di bawah.
v Tabung
3 : albumin + NaOH + etanol menghasilkan larutan yang larut, tetapi tidak sempurna
dan tidak mempunyai endapan, namun larutan berwarna bening di atas, dan larutan
agak keruh di bawah.
e. Uji
Koagulasi
v Albumin
+ asam asetat + 1 M terbentuk endapan berwarna puith, endapan menggumpal.
v Endapan
+ air menghasilkan endapan protein yang tidak larut.
v Endapan
+ reagen millon menghasilkan endapan tidak larut tetapi menghasilkan warna
coklat pada endapan dan larutannya.
f.
Denaturasi Protein.
Setelah dan sesudah ditambahkan
v Pada
tabung 1 : albumin + HCl menghasilkan larutan yang memisah atau tidak larut
dibagian atas.
v Pada
tabung 2 : albumin + NaOH menghasilkan larutan yang memisah atau tiak larut
dibagian atas.
v Pada
tabung 3 : albumin + Buffer asetat menghasilkan larutan yang memisah atau tidak
larut dibagian atas.
Setelah
dipanaskan
v Pada
tabung 1 : terjadi endapan dan tersisa larutan bening diatas.
v Pada
tabung 2 : terjadi endapan dan tersisa larutan kuning dibagian atas.
v Pada
tabung 3 : mengendap sempurna dan lebih dulu terjadi endapan.
Setelah
ditambahkan dengan buffer asetat.
v Pada
tabung 1 : penambahan buffer asetat menyebabkan protein rusak, sehingga tidak
terjadi endapan.
v Pada
tabung 2 : penambahan buffer asetat menyebabkan protein membentuk endapan
kembali.
V.
Pembahasan
A. Uji
Biuret
Larutan yang
digunakan pada reaksi uji protein, terutama pada uji biuret adalah albumin dan
gelatin. Albumin didapat dari larutan putih telur, telur sebagai sumber protein mempunyai banyak keunggulan antara lain,
kandungan asam amino paling lengkap dibandingkan bahan makanan lain seperti
ikan, daging, ayam, tahu, tempe, dll.
Sedangkan pada
protein (gelatin) biasanya diperoleh dari bahan yang kaya akan kolagen seperti
tulang sapi dan dimanfaatkan sebagai cangkang kapsul, sebagai zat pengental,
penggumpal, membuat produk menjadi elastis, pengemulsi, penstabil, pembentuk
busa, pengikat air, pelapis tipis, dan pemerkaya gizi. Gelatin sangat penting
dalam rangka diversifikasi bahan makanan, karena nilai gizinya yang tinggi
yaitu terutama akan tingginya kadar protein khususnya asam amino dan rendahnya
kadar lemak.
Pada percobaan biuret ini yaitu yang pertama larutan protein (gelatin)
ditambahkan larutan natrium hidroksida 2,5 N yang kemudian diaduk. Setelah
ditambahkan natrium hidroksida 2,5 N pada gelatin yaitu tidak terjadi reaksi
apa-apa dan menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Penambahan larutan
natrium hidroksida pada larutan protein tersebut yaitu sebagai katalis yang
berfungsi untuk menghancurkan atau memecahkan protein. Kemudian ditambahkan
juga dengan larutan tembaga sulfat pada larutan protein tersebut (gelatin)
tetes demi tetes dan menghasilkan warna ungu. Hal ini menunjukan adanya peptida
pada larutan protein (gelatin). Dengan penambahan larutan tembaga sulfat pada
larutan gelatin, larutan tembaga sulfat yang bersifat basa bereaksi dengan
polipeptida, sedangkan polipeptida merupakan penyususn protein. Yang menandakan
positif adanya protein yaitu terdapat ikatan peptida lebih banyak, dapat
dibuktikan saat penambahan larutan tembaga sulfat setetes demi tetes dan
dikocok larutan tetap berwarna ungu, hal ini menandakan bahwa ikatan peptidanya
kuat, karena apabila ikatan peptinya lemah, saat larutan protein ditambahkan
tembaga sulfat yaitu warna ungunya akan memudar saat dikocok. Reaksi uji biuret ini memberikan hasil yang
positif akibat pembentukan senyawa kompleks Cu2+ gugus -CO dan -NH
dari suatu rantai peptida dalam suasana basa. Dipeptida dari asam-asam
amino histidin, serin, dan treonin tidak memberikan reaksi untuk uji
biuret.
B. Pengendapan
Dengan Logam
Pada percobaan ini
masing-masing tabung diisi dengan larutan gelatin, pada tabung pertama larutan
gelatin ditambahkan 5 tetes HgCl2 sedangkan tabung reaksi kedua
ditambahkan 5 tetes PbSO4. Pada tabung reaksi pertama larutan
gelatin yang ditambahkan HgCl2 menunjukkan warna yang tetap yaitu berwarna
kuning bening, sedangkan tabung reaksi kedua yang berisi larutan gelatin yang
ditambahkan PbSO4 juga menunjukkan warna tetap yaitu kuning bening. Tidak
terbentuknya endapan dengan logam pada percobaan ini dikarenakan protein bukan
merupakan protein asli sehingga tidak mudah mengendapkan larutan gelatin ini.
Selanjutnya
larutan gelatin diganti dengan albumin yang juga merupakan protein. Perlakuan
yang sama dilakukan pada kedua tabung reaksi yang berisi larutan albumin. Pada
percobaan ini dapat diamati pengendapan yang terjadi pada masing-masing tabung,
pada tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan HgCl2 menghasilkan
endapan yang lebih banyak dibandingkan dengan tabung reaksi dua yang berisi
larutan albumin
ditambahkan PbSO4. Pada tabung pertama endapan berada diatas dan endapan berwarna
putih susu, sedangkan pada tabung kedua endapan terdapat dibawah tabung dan
larutan berwarna keruh, endapan yang terjadi juga berwarna putih. Larutan protein yang ditambahkan HgCl2 lebih banyak menghasilkan endapan karena apabila protein direaksikan
dengan logam akan terjadi ikatan lebih kuat dan itu yang menyebabkan terjadi
reaksi lebih cepat, sehingga akan mempengaruhi logam berat terhadap larutan
protein. Dan hal ini
juga terjadi karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar
daripada PbSO4. Pada saat ditambahkan ke dalam larutan
protein, HgCl2 akan terionisasi dan lebih banyak dalam bentuk
Hg2+sehingga protein lebih cepat bereaksi dengan Hg2+ tersebut
dan menghasilkan endapan dalam jumlah yang lebih banyak kdaripada pengendapan oleh logam PbSO4 yang memiliki tetapan disosiasi
lebih kecil dari Hg.
Ikatan yang amat kuat dari reaksi protein yang ditambahkan dengan HgCl2
akan memutuskan ikatan jembatan garam, sehingga akan terjadi denaturasi, secara
bersama gugus –COOH dan gugus –NH2 yang terdapat pada protein dapat bereaksi
dengan ion logam berat dan dapat membentuk senyawa kelat. Ion-ion yang dapat
membentuk endapan logam dengan protein antara lain adalah Ag, Ca, Zn, Hg, Fe,
Cu, Co, Mn, dan Pb. Selain gugus –COOH dan gugus –NH2, gugus –R pada molekul
asam amino tertentu dapat pula mengadakan reaksi dengan ion atau senyawa lain.
Gugus –SH pada molekul akan bereaksi dengan dengan ion Hg. Jumlah endapan yang
dihasilkan dipengaruhi oleh kereaktifan logam berat yang ditambahkan. Logam Hg
lebih reaktif daripada logam Pb karena merupakan logam transisi pada sistem
periodik.
C. Pengendapan
Dengan Garam
Yang
dilakukan dalam percobaan ini adalah larutan protein (albumin), mula-mula
larutan albumin ditambahkan dengan larutan ammonium sulfat menghasilkan larutan
berwarna kuning bening, setelah itu disaring dan diendapkan dalam air
menghasilkan larutan berwarna kuning bening. Kemudian larutan yang disaring
ditambahkan 5 tetes reagen millon dan menghasilkan endapan putih. Sedangkan
penambahan ammonium sulfat serbuk pada larutan protein (albumin) menghasilkan
warna kuning bening dan endapan putih dibagian bawah.
Pada endapan garam yang dilarutkan dengan air yaitu semua endapan larut,
karena sifat garam yang hidrofobik, jadi saat garam dilarutkan pada air, garam
akan menyerap air sehingga garam mudah larut dalam air. Bila garam netral yang
ditambahkan berkonsentrasi tinggi, maka protein akan mengendap. Pengendapan
terus terjadi karena kemampuan ion garam untuk mengdehidrasi, sehingga terjadi
kompetisi antara garam anorganik dengan molekul protein untuk mengikat air. Karena garam anorganik lebih menarik air maka jumlah air yang tersedia
untuk molekul protein akan berkurang.
D. Pengendapan
Dengan Alkohol
3 tabung reaksi yang masing-masing diisi dengan larutan albumin, pada
tabung pertama yang berisi larutan albumin ditambahkan dengan Buffer asetat pH
4,7 (1 M), setelah ditambahkan Buffer asetat pH 4,7 (1 M) pada larutan albumin tidak reaksi apa-apa pada larutan, yaitu larutan
tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan juga
larutan etil alkohl 95 %, dan reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah
terdapat 3 lapisan pada larutan yaitu pada lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah berwarna putih ( endapan banyak ) dan lapisan bawah berwarna agak keruh. Pada pH buffer asetat 4,7 dan pH albumin 4,5-4,8 hal inilah yang
membuat ikatannya lebih cepat, sehingga akan membentuk endapan lebih banyak.
Pada tabung yang kedua berisi larutan albumin ditambahkan dengan HCl 0,1 M,
reaksi yang di dapat setelah penambahan HCl pada larutan albumin yaitu warnanya
tetap putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan larutan etil alkohol 95 %, reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 3
lapisan pada larutan yaitu pada lapisan atas berwarna bening, lapisan tengah
berwarna putih ( endapan sedikit ) dan lapisan
bawah berwarna agak keruh.
Pada tabung yang ketiga berisi larutan albumin ditambahkan dengan NaOH 0,1
M, reaksi yang didapat setelah penambahan NaOH pada larutan albumin yaitu
larutan tetap berwarna putih keruh. Kemudian pada larutan tersebut ditambahkan
larutan etil alkohol 95 %,
reaksi yang didapat pada larutan tersebut adalah terdapat 2 lapisan pada
larutan, lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah agak keruh.
Tujuan reaksi pengendapan dengan alkohol pada reaksi diatas yaitu untuk
mengetahui pengaruh alkohol terhadap larutan protein. Dan berfungsi juga untuk
menurunkan konstanta dielektrik pada larutan sehingga gaya tarik-menarik antar
molekul jadi semakin kuat. Kemudian alkohol akan mengkondisikan gugus positif
pada asam amino untuk bereaksi dengan gugus negatif yang ada dalam larutan,
sehingga pada suasana tertentu mampu membentuk endapan. Albumin yang ditambah
larutan penyangga (buffer) pH 4,7 paling banyak menghasilkan endapan, hal ini
terjadi karena pH tersebut merupakan titik isoelektrik protein sehingga endapan
yang terbentuk merupakan jumlah yang paling maksimal. Albumin yang ditambahkan
HCl juga menghasilkan endapan, namun dengan kuantitas yang lebih sedikit, ini
terjadi karena gugus positif pada protein berikatan dengan gugus Cl- dan
gugus negatif yang ada pada larutan sehingga terbentuk endapan pada suasana
asam. Sebaliknya, protein tidak terendapkan oleh alkohol pada suasana basa ( NaOH ) karena pH nya terlampau jauh dari titik isoelektrik protein. Protein juga
disebut ampoter karena pada ujung rantai protein terdapat gugus asam amino dan
karboksilat, sehingga mudah larut tetapi susah larut dalam lemak.
E. Uji
Koagulasi
Pada uji koagulasi, endapan albumin yang terjadi setelah
penambahan asam asetat, bila direaksikan dengan pereaksi millon memberikan
hasil positif terhadap reagen millon dengan berubahnya warna endapan
menjadi oranye kecoklatan. Hal ini menunjukan bahwa endapan yang terbentuk
benar-benar merupakan endapan protein, hanya saja telah terjadi perubahan
struktur tersier ataupun kwartener, sehingga protein tersebut mengendap.
Perubahan struktur tersier albumin ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk
semula, ini bisa dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air.
Protein yang tercampur oleh senyawa logam berat akan terdenaturasi. Hal ini
terjadi pada albumin yang terkoagulasi setelah ditambahkan CH3COOH.
Senyawa-senyawa logam tersebut akan memutuskan jembatan garam dan berikatan
dengan protein membentuk endapan logam proteinat. Protein akan terkoagulasi
oleh pemanasan.
Terjadinya koagulasi
disebabkan karena ion H+ dari CH3COOH terikat pada gugus negatif pada protein.
Ketika ion H+ dari asam asetat masuk ke dalam larutan, akan mempengaruhi
keseimbangan dan pengkutuban muatan dari molekul protein. Perubahan pengkutuban
ini menyebabkan rusaknya konformasi alamiah protein seperti struktur tersier
dan struktur kwartener protein. Rusaknya konformasi alamiah protein menyebabkan
terganggunya stabilitas dari larutan protein, sehingga larutan protein
mengalami koagulasi.
F. Denaturasi
Protein
Denaturasi protein dapat
diartikan sebagai suatu perubahan terhadap struktur sekunder, tersier, dan
kuarterner molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovalen.
Denaturasi terjadi karena terpecahnya ikatan hidrogen, interaksi hidrofobik, ikatan garam, dan terbentuknya lipatan molekul protein.
Pada percobaan ini digunakan 3 tabung reaksi yang masing-masing tabung telah berisi larutan
albumin. Pada tabung pertama
ditambahkan HCl 0.1 M, tabung kedua NaOH 0.1 M, dan tabung ketiga ditambahkan buffer asetat PH 4.7. Setelah masing-masing tabung ditambahkan reagen diatas, ketiga
larutan tersebut menjadi berwarna putih telur dan pada bagian atas tabung
terdapat pemisahan antara reagen dengan larutan albumin tersebut, sehingga
dinyatakan larutan tersebut tidak larut atau memisah.
Kemudian dilakukan pemanasan pada tiap larutan selama
15 menit, dan telah terjadi pengendapan pada masing-masing tabung. Tabung
dengan penambahan buffer asetat yang larut dan mengendap sempurna lebih dahulu
dibandingkan dengan penambahan HCl 0,1 M, dan NaOH
0.1 M. Pada tabung dengan penambahan HCl 0.1 M
mengendap lebih banyak tetapi termasuk pengendapan sebagian karena masih
terdapat pemisahan lapisan antara larutan yang mengendap dengan larutan
berwarna bening pada bagian atas tabung, begitu juga dengan penambahan NaOH 0.1
M mengendap sebagian dan pada bagian atas masih terdapat larutan berwarna
kuning bening. Setelah larutan tersebut
didinginkan lalu pada tabung pertama dan kedua ditambahkan dengan Buffer asetat
pH 4,7 (1 M), dan reaksi
yang terjadi yaitu terdapat 2 lapisan pada larutan, tabung
pertama dengan lapisan atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih dan tidak terbentuk endapan dikarenakan
protein telah dulu rusak oleh pemanasan, sedangkan pada tabung kedua bagian
atas berwarna bening dan lapisan bawah berwarna putih tetapi pada bagian tengah
terdapat endapan berwarna kuning
bening itu berarti protein mampu membentuk endapan kembali. Pada hal ini
terjadi proses denaturasi karena terjadi endapan. Pada pH buffer 4,5 dan pH albumin 4,5 hal inilah yang membuat ikatan lebih
cepat, dan membentuk endapan lebih banyak.
Endapan yang paling banyak
dihasilkan oleh HCl, dan yang paling sedikit pada NaOH. Buffer asetat
menghasilkan endapan karena memiliki pH 4,7 yang sama dengan pH albumin yaitu
4,5-4,9. Setiap protein mempunyai
isolistrik yang berbeda-beda. Titik
isolistrik protein mempunyai arti penting karena pada umumnya sifat fisika dan
kimia erat hubungannya dengan pH isolistrik. Pada pH diatas titik isolistrik
protein bemuatan negatif, sedangkan dibawah titik isolistrik, protein bermuatan
positif. Titik isolisrtik pada albumin adalah pH 4,5-4,9. berdasarkan percobaan
albumin berdenaturasi lebih banyak pada penambahan HCl, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada protein albumin, asam amino yang mendominasi adalah asam
amino yang bersifat asam.
Denaturasi protein meliputi ganguan dan kerusakan yang mungkin terjadi pada
struktur sekunder dan sruktur tersier protein. Pada struktur protein tersier
terdapat empat jenis interaksi yang membentuk ikatan pada rantai samping
seperti ikatan hydrogen, jembatan garam, ikatan disulfida dan interaksi
hidrofobik non polar, yang kemungkinan mengalami gangguan. Denaturasi yang umum
ditemukan adalah proses presipitasi dan koagulasi protein seperti asam amino,
protein yang larut dalam air akan membentuk ion yang mempunyai muatan positif
dan negatif. Dalam suasana asam molekul protein akan membentuk muatan positif,
sedangkan dalam suasana basa akan membentuk ion negatif. pada titik isolistrik
protein mempunyai muatan psitif dan negatif yang sama, sehingga tidak bergerak
kearah elektroda positif maupun negatif, apabila ditempatkan diantara dua
elektroda tersebut.
VI. Kesimpulan
1. Pada uji biuret Pembentukan warna ungu diperoleh dari Cu2+
yang bersifat basa bereaksi dengan polipeptida.
2.
Protein terendapkan oleh logam
berat seperti Pb dan Hg. Dan yang lebih cepat bereaksi adalah larutan yang
ditambahkan Hg, karena tetapan disosiasi HgCl2 lebih besar
daripada PbSO4.
3. Albumin adalah protein natural, sedangkan gelatin
adalah protein yang sudah di campurkan.
4. Uji koagulasi mengakibatkan putusnya ikatan peptida
5. Denaturasi protein dipengaruhi oleh pH.
VII.
Daftar
Pustaka
1. Poedjiyadi,
Anna dkk. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
2. Ridwan,
S. 1990. Kimia Organik edisi I. Binarupa Aksara: Jakarta
3. Wibowo,
luqman. 2009. Deskripsi dan macam-macam tingkatan struktur protein.
Bandung
4. Fessenden RJ
Fessenden JS. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Pudjaatmaka
AH, penerjemah. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari:Organic Chemistry.
5. Ridwan,
S. 1990. Kimia Organik edisi I. Binarupa Aksara: Jakarta
6. Lehninger,
A. 1988. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya.
Erlangga, Jakarta
7. Muchtadi,
D., Nurheni Sri Palupi, dan Made Astawan. 1992. Metode kimia biokimia dan
biologi dalam evaluasi nilai gizi pangan olahan. Hal.: 5-28, 82-92, dan
119-121.
8. Winarno,
F.G, 1997, KIMIA PANGAN dan GIZI, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta