Sabtu, 10 Maret 2012

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT'Rekristalisasi dan Titik Leleh'


Percobaan 2
                        PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT PADAT      
Rekristalisasi dan Titik Leleh

I.         Tujuan Percobaan
Pada akhir percobaan diharapkan praktikan dapat:
1.      Mengkalibrasi termometer
2.      Melakukan rekristalisasi dengan baik
3.      Memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi
4.      Menjernihkan dan menghilangkan warna larutan
5.      Memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi

II.      Prinsip Percobaan
       Prinsip pemisahan atau pemurnian dengan teknik kristalisasi didasarkan pada: pertama, adanya perbedaan kelarutan zat-zat padat dalam pelarut tertentu, baik dalam pelarut murni atau dalam pelarut campuran. Dan yang kedua, suatu zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin.
       Prinsip dasar dari proses rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang dimurnikan dengan zat pengotornya. Sublimasi adalah suatu proses dimana zat-zat tertentu bila dipanaskan secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa meleleh.

III.   Teori
A.  Pemisahan
       Secara mendasar, proses pemisahan dapat diterangkan sebagai proses perpindahan massa. Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanisme atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapanpun memungkinkan karena biaya operasinya lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui proses pemisahan mekanis, proses pemisahan kimiawi harus dilakukan. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cair-gas, gas-gas, campuran padat-cair-gas, dan sebagainya. Pada berbagai kasus, dua atau lebih proses pemisahan harus dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pemisahan yang diinginkan.

       Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu metode pemisahan sederhana dan metode pemisahan kompleks.

1. Metode Pemisahan Sederhana
       Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
2. Metode Pemisahan Kompleks
       Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatiakn untuk menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
·  Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup, apakah bahan terikat secara kimia, dan sebagainya.
·  Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar.
·  Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan sebagainya.
·  Standar kemurnian yang diinginkan.
·  Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.
·  Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan.

B.     Kalibrasi Termometer
       Termometer adalah suatu alat untuk mengukur suhu. Skala suhu yang paling banyak dipakai didunia adalah skala celcius dengan poin 0untuk titik beku dan poin 100 untuk titik didih.
Metode kalibrasi alat termometer menurut Anders Celcius:
1.      Letakkan silinder termometer di air yang sedang mencair dan tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut berwujud cair seluruhnya. Poin ini adalah poin titik beku air.
2.      Dengan cara yang sama, tandai poin termometer disaat seluruh air tersebut mendidih seluruhnya saat dipanaskan.
3.      Bagi panjang dari dua poin diatas menjadi seratus bagian yang sama.
Sampai saat ini tiga poin kalibrasi di atas masih digunakan untuk mencari rata-rata skala celcius pada termometer merkuri. Poin-poin tersebut tidak dapat dijadikan metoda kalibrasi yang akurat karena titik didih dan titik beku air berbeda-beda seiring beda tekanan.

C.       Pengertian Kristalisasi
       Kristalisasi adalah peristiwa pembentukan suatu kristal dari solute dalam larutan toleransinya. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel padat dalam uap seperti pada pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Sebagaimana dalam pembentukan kristal dari larutan cair atau pembentukan kristal tunggal yang besar. Kristalisasi dapat dilakukan dengan pendinginan, penguapan, dan penambahan solvent bahan kimia.
       Kristalisasi dapat memisahkan suatu campuran tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal. Kristalisasi dapat juga dipakai sebagai salah satu cara pemurnian karena lebih ekonomis. Operasi kristalisasi terbagi menjadi:
1.      Membuat larutan supersaturasi (lewat jenuh)
2.      Pembuatan inti kristal
3.      Pertumbuhan Kristal
 D. Tahapan Kristalisasi
1. Membuat Larutan Lewat Jenuh
       Bila larutan telah mencapai derajat saturasi tertentu, maka di dalam larutan akan terbentuk zat padat kristaline. Oleh sebab itu derajat supersaturasi larutan merupakan faktor terpenting dalam mengontrol operasi kristalisasi.
Cara mencapai supersaturasi:
· Pendinginan
       Yaitu mendinginkan larutan yang akan dikristalkan sampai keadaan supersaturasi dimana konsentrasi larutan lebih besar dari konsentrasi larutan jenuh pada suhu tersebut.
· Penguapan Solvent
       Larutan disiapkan dalam evaporator untuk dipekatkan, lalu dikristalkan dengan pendingin. Cara ini digunakan untuk zat yang mempunyai kurva kelarutan agak dalam.
· Evaporasi Adiabatis
       Larutan dalam keadaan panas bila dimasukan ke dalam ruang vakum, maka terjadi penguapan dengan sendirinya, sebab tekanan totalnya menjadi lebih rendah dari tekanan uap solvent pada suhu itu. Penguapan dan turunnya suhu disertai kristalisasi.
· Penambahan zat lain yang dapat menurunkan kelarutan zat yang akan dikristalisasi, misalnya larutan NaOH ditambah gliserol, maka kelarutan NaOH menjadi turun dan larutan NaOH mudah diendapkan.
2.Pembentukan Inti Kristal
Pembentukan Inti Kristal secara sistematis
"Inti kristal"
Ø Primary Nukleus
Proses pembentukan inti kristal karena larutan telah mencapai derajat supersaturasi yang cukup tinggi.
·   Homogen Nukleus
Nukleus disini pembentukannya spontan pada larutan dengan supersaturasi tinggi, artinya nukleus terbentuk karena penggabungan molekul-molekul solute sendiri
·  Heterogen Nukleus
Pembentukan inti kristalnya masih dalam supersaturasi tinggi, namun dapat dipercepat dengan adanya partikel-partikel asing seperti debu dan sebagainya.
Ø Secondary Nukleus (Contact Nucleation)
Pembentukan inti kristal dengan akibat dari :
·   Tumbukan antar kristal induk
·   Tumbukan antar kristal dengan katalisator
Gambar Alat
"Rangkaian alat Kristalisasi"
       Gambar 4. Rangkaian Alat Kristalisasi
E. Pengertian Kristal
       Bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur (kisi kristal). Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan kristal antara lain adalah:
1.      Derajat lewat jenuh
2.      Jumlah inti yang ada atau luas permukaan total dari Kristal yang ada
3.      Viskositas
4.      Jenis dan banyaknya pengotor
5.      Pergerakan antara larutan dan Kristal

F. Sublimasi
       Sublimasi adalah pemisahan campuran didasarkan atas kemudahan zat untuk menyublim. Menyublim adalah perubahan wujud dari zat padat menjadi gas dan sebaliknya. Pemisahan campuran dengan sublimasi dilakukan bila zat yang mudah menyublim tercampur dengan zat yang tidak mudah menyublim.

G. Titik Leleh
       Titik leleh suatu zat padat adalah suatu temperatur dimana terjadinya keadaan setimbang antara fasa padat dan fasa cair pada tekanan satu atmosfer, prinsipnya suatu zat bisa meleleh karena ikatan antarmolekul terputus dimana putusnya molekul itu yang memerlukan suhu berbeda-beda tergantung pada kekuatan ikatan tersebut, semakin kuat ikatannya maka semakin tinggi suhu yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan tersebut. Dengan adanya zat pengotor, ikatan yang terputus akan lebih banyak atau intinya tergantung pada zat pengotornya. Titik leleh juga bisa untuk mengukur gaya intermolekul antar senyawa dimana makin tinggi titik leleh maka makin besar gaya intermolekulernya, beberapa molekul dengan berat molekul sama, maka molekul yang lebih polar dan struktur molekul yang lebih simetris akan lebih tinggi. Angka titik leleh dan kisarannya tergantung pada kecepatan pemanasan, keakuratan pada termometer  yang digunakan dan sifat padatan senyawa yang terdapat pada suatu padatan yang telah diisolasi, rentang lelehannya harus ditentukan untuk memastikan identitas dan kemurniannya.
                 
IV.   Prosedur Kerja
A.  Kalibrasi Termometer
       Mengkalibrasi titik skala 100 termometer dilakukan sebagai berikut: isikan kedalam tabung reaksi besar 10 ml aqua dest, masukkan sedikit batu didih. Klem tabung tersebut tegak lurus, panaskan perlahan sampai mendidih. Posisikan termometer pada uap di atas permukaan air yang mendidih tersebut. Untuk menentukan titik didih yang sebenarnya dari air, harus di periksa tekanan barometer.
B.  Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air
       Timbang 2 gram asam benzoat kotor, masukkan dalam gelas kimia 100 ml, lalu masukkan sedikit demi sedikit sambil diaduk pelarut (air) dalam keadaan panas sampai asam benzoat tepat larut. Setelah semua senyawa larut, tambahkan sedikit berlebih beberapa ml pelarut panas. Didihkan campuran ini diatas kasa asbes  dengan menggunakan pembakar bunsen. Kemudian campuran panas tersebut dimasukkan sedikit demi sedikit, sekitar 0,5 gram karbon (charcoal) atau norit untuk menghilangkan warna, sambil di aduk dengan kaca pengaduk. Didihkan beberapa saat supaya penyerapan warna lebih sempurna. Siapkan corong penyaring kaca tangkai pendek, lengkapi dengan kertas saring lipat. Pasang labu erlenmeyer bersih untuk menampung filtrat panas. Dalam keadaan panas, tuangkan larutan ke dalam/atas corong secepat mungkin (jangan sampai dingin).
       Jika larutan menjadi dingin dan mengkristal, ulangi pemanasan di atas kasa, dan ulangi penyaringan, sampai semua larutan tersaring. Biarkan filtrat dingin dengan penurunan suhu secara perlahan (diudara terbuka) dan jangan diganggu atau diguncang. Jika sudah lama belum terbentuk kristal, bisa didinginkan erlenmeyer disiram dibawah curahan air kran atau direndam dalam air es. Bila di dalam air es belum juga terbentuk kristal berarti larutannya kurang jenuh, maka jenuhkan dengan cara penguapan sebagian pelarutnya. Jika semua kristal sudah terbentuk dan terpisah, lakukan penyaringan kristal dengan menggunakan corong buchner yang dilengkapi dengan peralatan isap (suction). Cuci kristal dengan corong Buchner dengan sedikit pelarut dingin, satu sampai dua kali. Tekan kristal dengan spatula, sekering mungkin. Tebarkan Kristal di atas kertas saring lebar (kering), tekan sesering mungkin. Timbang Kristal kering dan tentukan titik leleh dengan menggunakan cara kapiler (melting block). Hitung perolehan kembali benzoat murni. Jika trayek leleh masih lebar (lebih dari 1 derajat), ulangi rekristalisasi.
C.  Sublimasi
Tempatkan dalam cawan porselen sekitar 1 gram kamfer kotor. Pasang cawan diatas klem bundar yang cocok. Tutup cawan dengan kaca arloji sehingga seluruh bibir cawan tertutup sempurna (jangan sampai ada uap yang lepas melewati bibir cawan). Letakkan beberapa potongan es dibagian atas kaca arloji (jaga agar air tidak mengganggu sublimasi). Lakukan pemanasan langsung dengan api kecil. Kumpulkan kristal yang menempel di kaca, timbang dan tentukan titik lelehnya.

V.      Alat dan Bahan
ü  Alat:
Gelas kimia                                                 Melting block
Gelas ukur                                                  Corong kaca
Pembakar spiritus                                        Kertas saring
Kasa asbes                                                   Corong buchner
Cawan penguap                                           Neraca analitik
Kaca arloji                                                   Pipa kapiler
Spatula                                                        Penjepit kayu
Batang pengaduk                                         Termometer
Erlenmeyer                                                  Pipet tetes

ü  Bahan:
Asam benzoat
Karbon / norit
Serbuk kamfer
Campuran es-air
Aqua dest
Air kran

VI.   Hasil Pengamatan dan Perhitungan
A.    Kalibrasi Termometer
Dalam 10 ml aqua dest didalam tabung reaksi dipanaskan sampai suhu mencapai 100° C. Kemudian Suhu termometer stabil berada di 92° C - 93° C.
Suhu pertama 93° C pada saat dicoba didalam tabung reaksi
Suhu kedua 92° C pada saat dicoba didalam gelas kimia.

B.     Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air
Kristalisasi yang terbentuk berwarna putih, berbentuk seperti jarum-jarum kecil, berbau khas benzen / bau khas aromatis.
Berat kertas : 0,3872 gram
Berat kertas+kristal : 1,7077 gram
Berat kristal :1,7077-0,3872 = 1,3205 gram
Lalu, kristal di uji kelelehan dengan pipa kapiler
Titik leleh awal : 60° C
Titik leleh akhir (setelah meleleh seluruhnya) : 102° C
Hasil reaksi:
-  Serbuk as. Benzoat larut dalam metanol panas, namun tidak terjadi perubahan  warna pada campuran
-  Terdapat gelembung dari norit tersebut, namun norit tidak larut (tetap dalam bentuk padatan)
-  Larutan menjadi bening karena kotorannya telah tersaring. Tidak terdapat kristal pada saat penyaringan.
-  Dilakukan perendaman dengan es batu selama  semua larutan mengkristal dalam wadahnya.
-  Berat kristal murni asam benzoat setelah di timbang 1,3205 gram

C.     Sublimasi
Berat cawan = 33,7 gram
Berat kamfer = 1 gram + 33,7 gram= 34,7 gram
Berat kertas saring = 0,4 gram
Berat kamfer + kertas saring = 1,3427 gram
Berat naftalen = 1,3427 – 0,4 = 0,9427 gram
Titik leleh kristal naftalen awal = 94° C
Titik leleh kristal naftalen akhir = 50° C
Warna naftalen yang mengkristal = putih kehijau-hijauan
Bau khas kamfer
Warna lelehan naftalen bening tak berwarna
Hasil reaksi:
-  naftalen disublimasià Terbentuk kristal-kristal murni naftalen yang menempel pada dinding-dinding filterflash. Kristal berbentuk monoklin
-   kristal ditimbangàBerat kristal adalah 0,9427 gram

Perhitungan :
% Rendemen Zat Organik
·         Kristalisasi asam benzoat
Diketahui    :
 Masa asam benzoat kotor = 2 gram
Masa asam benzoat murni = 1,3205 gram
Berat zat pengotor = (massa as.benzoat awal – massa as.benzoat murni)
= 2 gram – 1,3205 gram= 0,6795 gram
% Asam benzoat  x 100 %
                             =   x 100 % = 66,025 %
·         Sublimasi pada kamfer (naftalen)
Diketahui    :
Masa naftalen kotor = 1 gram
Masa naftalen murni = 0,9427 gram
Berat zat pengotor = (massa naftalen awal – massa naftalen murni)
= 1 gram – 0,9427 gram= 0,0573 gram
% naftalen   x 100 %
                    x 100 % = 94,27  %

VII.     Pembahasan
A.  Kalibrasi termometer
       Kalibrasi sebuah termometer merupakan penetapan tanda-tanda untuk pembagian skala pada sebuah termometer. Pada percobaan kalibrasi berdasarkan titik didih ini termometer tidak bisa mencapai suhu 100° C pada saat air mendidih, hasil yang didapat Suhu berada di 92° C - 93° C. Faktor yang mempengaruhinya kemungkinan karena rusaknya termometer yang bisa disebabkan oleh pecahnya air raksa didalam tabung termometer, dan juga harus memperhatikan tempat penyimpanan termometer. Harusnya termometer  tidak boleh disimpan di tempat yang basah, di tempat yang lembab, dan panas yang tinggi, tempat yang terkena sinar matahari langsung, area yang dekat peralatan yang panas, lingkungan yang memiliki konsentrasi garam yang tinggi pada udara, tempat yang kotor, serta tempat penyimpanan dimana terdapat gas yang bersifat menghancurkan, dikarenakan termometer akan cepat rusak apabila disimpan ditempat-tempat tersebut.

B.  Kristalisasi Asam Benzoat dalam Air
       Terdapat beberapa cara dalam proses pemisahan dan pemurnian zat yaitu antara lain: kristalisasi, detilasi, sublimasi, rekristalisasi, ekstraksi, kromatografi, dan penukaran ion (William,2005). Tetapi yang dilakukan yaitu Rekristalisasi dan Sublimasi yang bertujuan melakukan kristalisasi dengan baik, memilih pelarut yang sesuai untuk rekristalisasi, menjernihkan dan menghilangkan warna larutan serta memisahkan dan memurnikan campuran dengan rekristalisasi. Prinsip dari pemisahan dan pemurnian zat padat akan lebih larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin. Kristalisasi dari zat murni akan menghasilkan Kristal yang identik  dan teratur bentuknya sesuai dengan Kristal senyawanya.
       Pada percobaan ini yaitu mengenai kristalisasi asam benzoat yang dimulai dengan penambahan senyawa yang akan dimurnikan (asam benzoat ) dengan pelarut panas (air). Pelarut panas digunakan karena senyawa padat akan lebih mudah terlarut atau larut dalam pelarut panas dibandingkan dengan pelarut dingin. Karena semakin tinggi suhu pelarut maka energi atau kereaktifannya dalam menguraikan molekul–molekul padatan untuk dapat larut semakin tinggi (kortz,2003). Adapun pelarut panas yang digunakan adalah air, karena air bersifat polar sehingga pada akhir proses kristalisasi akan membentuk asam benzoat murni karena air akan habis menguap. Syarat utama terbentuknya kristal baru suatu larutan adalah larutan induk harus dibuat dalam kondisi lewat jenuh. Kondisi lewat jenuh dalah kondisi dimana pelarut mengandung zat terlarut melebihi kemampuan pelarut tersebut untuk melarutkan zat terlarut pada suhu tetap (Fessenden,2002).
       Larutan asam benzoat yang terbentuk dipanaskan kembali untuk mempermudah pelarutan asam benzoat. Penambahan norit pada larutan berfungsi untuk menyerap atau mengikat pengotor yang ada pada asam benzoat atau yang dikenal dengan istilah adsorben. Sehingga pada saat disaring didapatkan filtrat yang bening sedikit keruh disebabkan karena zat pengotor ikut tersaring. Pengendapan filtrat dilakukan dengan mendinginkan filtrat (merendam filtrat tersebut dengan air es). Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap kristal asam benzoat sehingga diperoleh berat asam benzoat yaitu 1,3205 gram atau sekitar 66,025 % dari berat awal asam benzoat. Hasil yang didapatkan untuk pengujian terhadap titik leleh asam benzoat, titik leleh awal 60° C dan pada titik leleh akhir yaitu 102° C , hasil yang didapat hampir mendekati titik leleh sebenarnya yaitu 122° C. Hal ini disebabkan karena faktor lingkungan yang kurang penerangan untuk dapat melihat dengan jelas agar saat pelelehan bisa di lihat dengan benar. Untuk mengetahui apakah asam benzoat yang didapatkan murni atau tidak adalah dengan membandingkannya dengan kristal yang sebelumya. Kristal yang didapatkan lebih bersih dari pada kristal asam benzoat awal.
C.  Sublimasi
       Pada percobaan terakhir yaitu sublimasi pada kamfer (naftalen) kotor. Pemurnian naftalen dengan menggunakan proses sublimasi dikarenakan sifat naftalen yang mudah menyublim dan merupakan padatan kristal yang tak bewarna (Riswiyanto,2003). Reaksi dari naftalen berlangsung dengan sangat cepat. Hal ini disebabkan zat padat dalam proses sublimasi mengalami proses perubahan langsung menjadi gas tanpa melalui fase cair, kemudian terkondensasi menjadi padatan atau kristal kembali. Sehingga dalam proses sublimasi, naftalen tidak berubah menjadi senyawa lain, hanya berubah bentuk  (fase) dari padat ke gas. Pada proses sublimasi naftalen, cawan yang sudah di isi dengan zat kamfer (naftalen) kotor diatasnya dipasang kaca arloji, fungsinya untuk melihat perubahan warna pada kamfer namun tetap mengisolasi massa naftalen didalam sistem. Lalu, dilakukan pemanasan dengan api yang kecil sehingga terbentuk kristal-kristal di permukaan bawah kaca arloji yang diletakkan es pada permukaan atasnya, fungsi es yaitu sebagai penyerap kalor dalam gas naftalen agar mengalami rekristalisasi. Pada percobaan diperoleh berat naftalen murni yaitu 0,9427 gram atau sekitar  94,27 %, yang sebelumnya berat naftalen adalah 1 gram, titik leleh naftalen  49° C - 50° C sedangkan di literatur titik leleh naftalen yaitu 79° C - 81° C. Berarti hasil naftalen yang didapatkan tidak benar – benar murni, hal ini dapat disebabkan karena pengaruh lingkungan sekitar sehingga tidak semua pengotor dapat dipisahkan serta tutup cawan pada saat di uapkan tidak tertutup rapat, dan alat ukur yang digunakan. Kristal naftalen yang didapat yaitu dari bentuk kristal yang seperti jarum (monoklin) dan bentuk kristal yang didapatkan lebih tipis dan jernih dari pada sebelum sublimasi.

VIII.  Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Proses pemisahan dan pemurnian zat dapat dilakukan dengan kristalisasi dan sublimasi.
2.    Prinsip pemisahan dan pemurnian zat padat dengan teknik rekristalisasi didasarkan pada  adanya perbedaan kelarutan zat padat dalam pelarut murni maupun pelarut campuran.
3.    Pelarut air  sangat cepat melarutkan asam benzoat (dalam keadaan panas) karena air memiliki kepolaran yang tinggi.
4.    Norit berfungsi menyerap zat pengotor.
5.    Pemurnian naftalen dengan sublimasi dikarenakan sifat sifat naftalen yang mudah menguap dan menyublim.
6.      Semakin tinggi suhu pelarut maka energi atau kereaktifannya dalam menguraikan molekul-molekul padatan untuk dapat larut semakin tinggi.
7.      Kristal naftalen berbentuk seperti jarum (monoklin).
8.      Dalam proses ssublimasi, naftalen tidak mengalami perubahan menjadi senyawa lain hanya berubah bentuk (fase) dari padat ke gas.

IX.   Daftar Pustaka
1.    Dirjen POM. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Farmakope Indonesia Edisi keempat.1995. Jakarta
3.    Tim Asisten Kimia Organik. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Organik: Laboratorium Kimia Universitas Islam Bandung.
4.    Fessenden dan Fessenden.Kimia Organik Jilid I Edisi Ketiga. 1994. Jakarta:Erlangga.
5.    Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman Media Pusaka, Jakarta.
6.    http://chemistry35.blogspot.com/2011/08/kristalisasi .html
7.    http://www.scribd.com/doc/47915293/pemisahan_dan_pemurnian _zat


2 komentar: